Wahai waktu, bisakah kita duduk sejenak?
Membicarakan tentang aku dan kamu.
Kamu yang selalu melesat, begitu cepat.
Sungguh aku begitu rugi, sangat rugi karena tidak berteman baik denganmu. Aku yang sering menyepelekanmu, tak mengacuhkanmu, tidak berhitung akan kehebatan kecepatanmu, hingga akhirnya kini aku terpuruk dalam angan-angan untuk memiliki mesin yang dapat mengendalikanmu. Ah, bodoh! Begitu kekanak-kanak kan ideku itu? Benarkan waktu? Aku masih saja anak-anak bahkan sudah setua ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar