Sabtu, 28 Januari 2017

Yang Tertoreh di Atas Kubur

Imam Hasan al-Bashri berkata pada seseorang yang bersama-samanya sedang melayat jenazah, “Apakah orang wafat itu kalau dikembalikan ke kehidupan dunia ia akan melakukan amal-amal saleh?”
Jawab orang itu: “Ya, pasti.”
Imam Hasan al-Bashri melanjutkan, “Kalau dia sudah tidak mungkin kembali, sebaiknya Anda saja yang melakukannya.”
1#
Pelajaran dari seorang yang berakal. Telah sampai kabar kepadaku (Ibnu ‘Arabi) bahwa ‘Umar ibn ‘Abd Al-‘Aziz ikut mengiringi jenazah. Ketika para pengantar kembali, ‘Umar dan sahabat-sahabatnya meninggalkan diri di samping jenazah. Seorang sahabatnya bertanya kepadanya, “Wahai Amirul Mukminin, apakah engkau mencintai jenazah itu? Engkau meninggalkan diri bersamanya, padahal orang-orang sudah meninggalkannya?”
Ia menjawab, “Betul, kubur itu memanggilku di belakangku, ‘Wahai ‘Umar ibn ‘Abd Al-‘Aziz, tidakkah engkau akan bertanya kepadaku tentang apa yang aku lakukan kepada para kekasih?’ …”
Aku membakar kain-kain kafan, merobek-robek tubuh, menghisap darah, dan melahap daging.
“Kemudian ia bertanya lagi, ‘Tidakkah engkau akan bertanya kepadaku tentang apa yang akan aku lakukan kepada persendian-persendiaannya?’ …”
Aku lepaskan telapak tangan dari hasta; hasta dari lengan; lengan dari pundak, pangkal paha dari paha; paha dari lutut; lutut dari betis; dan betis dari telapak kaki.
Kemudian ‘Umar menangis, dan berkata, “Ketahuilah bahwa…
… dunia sebentar kekalnya, rendah keagungannya, fakir kekayaannya, mudanya menjadi tua, dan hidupnya akan mati.
Janganlah kedatangannya menipumu, sementara engkau tahu bahwa ia cepat menghilang.
Orang yang tertipu adalah orang yang ditipu olehnya.
Di manakah para penghinya yang membangun kota-kotanya, yang membelah sungai-sungainya, yang menanam pohon-pohonnya, dan yang mendiaminya beberapa hari saja?

Dunia menipu mereka dengan pergaulan (bersamanya).
Maka mereka tertipu dengan pekerjaan mereka sendiri.
Mereka berbuat maksiat.
Demi Allah, mereka bersenang-senang di dunia dengan harta, di atas banyak pelanggaran, yang didorong untuk mengumpulkannya.

Apa yang diperbuat tanah atas badan mereka, pasir atas jasad mereka, cacing atas tulang-belulang dan persendian mereka?
Mereka di dunia berada dalam suasana yang baik, perhiasan yang bertumpuk, di antara pelayan-pelayan yang melayani, keluarga yang menghormati, dan tetangga-tetangga yang menolong.
Jika engkau lewat, serulah mereka jika engkau menjadi penyeru.
Biarkan kelompok mereka berlalu.

Lihatlah tempat-tempat mereka yang berdekatan.
Tanyalah yang kaya di antara mereka ihwal apa yang kekal dari kekayaannya.
Dan tanyalah yang fakir di antara mereka ihwal apa yang kekal dari kefakirannya.
Tanyakan pada mereka tentang lidah-lidah yang mereka gunakan untuk berbicara, dan tentang mata yang mereka gunakan untuk melihat.

Tanyalah pada mereka tentang kulit yang lembut, rupa yang baik, dan fisik yang halus: apa yang diperbuat cacing atas semuanya itu?
Cacing memudarkan warna, memakan daging, membuat buruk wajah, menghapus keindahan, mematahkan tulang punggung, mencerai-beraikan isi perut, dan merobek tubuh.
Di manakah pelayan-pelayan dan wakil-wakil mereka?
Di manakah pelayan, budak, (harta) yang mereka kumpulkan, dan yang mereka sembunyikan?

Demi Allah, mereka tidak membentangkan permadani, tidak meletakkan di sana sandaran, tidak menanam pohon untuk mereka, dan tidak menurunkan buat mereka kediaman dari lahat.
Bukankah mereka berada dalam kegelapan?
Dihalangi antara mereka dengan amal.
Mereka berpisah dengan kekasih.

Berapa banyak ang tidur, laki-laki dan perempuan, memasuki waktu subuh dan wajah mereka lusuh, jasad mereka jauh dari tengkuk mereka, dan persendian mereka terlepas.
Biji mata meleleh pada pipi, mulut penuh darah dan nanah, binatang tanah merayap pada jasad mereka sehingga anggota-anggota tubuh berserakan.
Kemudian, demi Allah, mereka tidak berpakaian kecuali sebentar sehingga tulang kembali menjadi remuk.
Mereka meninggalkan kebun-kebun, dan setelah berada dalam kelapangan berubah menjadi kesempitan.

Istri-istri mereka telah menikah lagi, anak-anak mereka bimbang, dan warisan mereka, rumah dan pusaka, telah dibagi.
Demi Allah, di antara mereka ada yang diluaskan di dalam kuburnya, yang segar dan menyenangkan di dalamnya, serta dikaruniai kelezatannya.
Wahai penghuni kubur di kemudian hari, apa dari dunia yang menipumu?
Tahukah engkau, apakah engkau akan kekal atau dunia kekal untukmu?

Di manakah rumahmu yang luas dan sungaimu yang mengalir?
Di manakah buah-buahanmu yang ranum?
Di manakah kehalusan pakaianmu?
Di manakah wewangianmu?

Di manakah dupamu?
Di manakah pakaian musim panas dan musim dinginmu?
Yang aku lihat, perintah telah diturunkan.
Maka apakah yang dapat ditolak aib dari dirinya?

Ia meneteskan keringat, menyebabkan dahaga, berbolak-balik dalam sakaratul-maut dan kepedihannya.
Perintah datang dari langit.
Datanglah ajal yang menguasai qadha dan qadr.
Datanglah ajal yang tidak dapat ditolak.

Telah jauh wahai yang meninggalkan ayah, saudara, anak, dan mereka yang memandikannya.
Wahai yang mengafani mayit dan mengusungnya, wahai yang membiarkannya sendiri di dalam kubur dan kembali darinya, aku berharap bahwa aku tahu yang dibawa malaikat maut kepadaku ketika aku keluar dari dunia ini, dan apa yang datang padaku dari risalah Tuhanku?”

Kemudian ia menggambarkan dalam bentuk baik-bait syair:
Kau senang dengan yang fana dan sibuk dengan angan-angan,
seperti pemimpi tertipu dengan kelezatan tidur.
Wahai yang tertipu, di siangmu, engkau lupa dan lalai,
di malammu kau tidur, dan
kebinasaan pasti datang kepadamu.
Kau beramal sedikit, dan kau akan benci akibatnya.
Begitulah binatang hidup di dunia.

Kemudian ia pergi. Sesudah itu, ia hanya hidup selama satu minggu saja. Ia meninggal dunia.
2#
Memutih cambangku dan berkobar angan-angan,
umur berlalu dan datang ajal.
Pasukan kematian menanti kita,
jika kita datang pada mereka, mereka pergi.
Andai kutahu, andai kutahu, apakah mereka tahu
bahwa setelah mereka aku pun mati?
Dalam berbagai permainan, kuhabiskan kesenangan,
membuat lalai bahwa aku akan mati.

3#
Kubur menghimpun kita jadi kumpulan,
seakan di sana hidup, padahal ditidurkan.
Wahai yang berhenti di atas kubur, heranlah
pada yang berdiri menujunya dan tidur.
Di bawah tanah berbantalkan telapak tangan,
mereka melihat sendiri kebaikan dan dosa.
Mereka tak dibangunkan, mengabarkan apa yang dilihat
pastilah suatu hari akan ditegakkan.

4#
Aku (Ibnu ‘Arabi) lihat bait-bait syair di atas kuburan, karya dari penghuninya:
Wahai manusia, aku punya angan-angan
yang melalaikanku pada datangnya ajal.
Maka takutlah pada Allah Tuhannya manusia
Yang memberi kekuatan untuk beramal dalam hidupnya.
Inilah aku sendiri, seperti kau lihat yang kunukil,
semua bakal pindah pada hal sepertinya.

5#
Aku lihat pula bait-bait syair yang tertulis di atas kubur:
Wahai yang disibukkan oleh dunianya,
angan-angan panjang telah menipunya.
Terus-menerus dalam kelalaian
hingga ajal datang padanya.
Kematian datang tiba-tiba,
dan kubur simpanan amal.

6#
Aku lihat bait-bait syair tertulis di atas kubur ibunya Ibnu Al-Basbili, anaknya adalah temanku. Dia meninggikan kuburnya, mendirikan bangunan di atasnya, dan mengeluarkan harta yang banyak untuk membangunnya. Maka seseorang dari sahabat kami menuliskan bait-bait syair tentangnya kepada sebagian mereka yang mengabarkan tentang keadaan itu, yaitu:
Kulihat penghuni istana jika mati
membangun kuburnya dengan tembok.
Mereka berbangga dan sombong
atas orang-orang fakir hingga dalam kubur.
Jika keangkuhan berada di puncaknya,
maka kembalinya ke dalam jurang.
Demi Allah, jika ayah mereka datang menemui mereka,
tak akan tahu yang kaya dari yang fakir.
Tidak mengenal hamba dari maula,
tiada mengenal perempuan dari pria.
Tiada badan yang berbajukan wol,
tiada badan yang berhiaskan sutera.
Ketika mati yang ini, lalu yang ini,
tiada utama yang kaya atas yang fakir.

7#
Pada sebuah kubur di kota Sale, tertulis pada sepotong tanah bait-bait syair dari lisan penghuninya:
Telah kaulihat seperti yang kulihat,
telah kulihat tapi tak kuambil pelajaran.

Lihatlah dirimu, Tuanku,
sebelum mendapat seperti yang kuperoleh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar