Senin, 06 Februari 2017

Imam Al Ghazali

Filosuf dan Sufi abad ke 12, Imam al-Ghazali, mengungkapkan ” Bagi orang sakit, air manis terasa pahit di mulut.”

Kendati lusinan buku serta laporan studi klinis dalam perilaku manusia sudah dibuat, namun para pelajar dihadapkan pada masalah-masalah pemikiran tentang indoktrinasi. 

" Indoktrinasi " dalam masyarakat totalitarian, merupakan suatu ketetapan dan selanjutnya menjadi keyakinan masyarakat tersebut. Dalam pengelompokan lain, kehadirannya tidak mungkin ada bahkan dicurigai. Inilah yang membuat hampir setiap orang mudah menyerangnya.

Karya Imam Al Ghazali tidak hanya mendahului zamannya, tetapi juga melampaui pengetahuan kontemporer mengenai masalah-masalah tersebut. Pada waktu opini disampaikan secara tertulis, dipisahkan apakah indoktrinasi (jelas maupun terselubung) diinginkan atau sebaliknya, juga apakah mutlak atau tidak.

Imam Al Ghazali tidak hanya menjelaskan apakah orang-orang yang menciptakan kepercayaan, kemungkinan dalam keadaan terobsesi; dengan jelas ia menyatakan, sesuai dengan prinsip-prinsip Sufi, bahwa hal itu bukannya tidak dapat dielakkan mutlak, tetapi menegaskan bahwa hal itu esensial untuk manusia agar dapat mengenalinya.

Buku-bukunya dibakar oleh kaum fanatik Mediteranian dari Spanyol sampai Syria. Sekarang ini, kecuali diantara kaum Sufi, buku-buku tersebut tidak lagi banyak dibaca.
Menurutnya, perbedaan antara opini dan pengetahuan adalah sesuatu yang dapat hilang dengan mudah. Ketika hal ini terjadi, merupakan kewajiban atas mereka yang mengetahui perbedaan tersebut untuk menjelaskannya.

Meskipun penemuan-penemuan dan ilmu pengetahuan Imam Al Ghazali, dihargai secara luas oleh kalangan akademis, tetapi tidak diperhatikan sebagaimana mestinya. Hal ini dikarenakan, Imam Al Ghazali secara spesifik menyangkal metode ilmiah atau logika sebagai sumber asli atau awal. Ia (sumber asli) berada pada pengetahuannya melalui pendidikan sufismenya, diantara kaum Sufi dan melalui bentuk pemahaman langsung tentang kebenaran. Yang sama sekali tidak berhubungan dengan intelektual secara mekanis. Pandangan ini membuatnya berada di luar lingkaran kalangan ilmuwan. 
Yang lebih menimbulkan penasaran adalah bahwa temuan-temuan Imam Al Ghazali begitu menakjubkan, hingga para penyelidik ingin mengetahui bagaimana Imam Al Ghazali mendapatkannya.

‘Mistisisme’ dijuluki dengan sebutan yang buruk seperti seekor anjing dalam sebuah peribahasa, jika tidak dapat digantung, setidaknya boleh diabaikan. Ini merupakan ukuran pelajaran psikologi; "terimalah penemuan seseorang jika engkau tidak dapat menyangkalnya, sebaliknya abaikan metodenya jika tidak mengikuti keyakinanmu akan metode ".
Pengaruh Imam Al Ghazali pada pemikiran Barat diakui sangat besar dalam semua sisi. Para filosuf Kristen abad pertengahan yang telah banyak mengadopsi gagasan Imam Al Ghazali secara sangat selektif, sepenuhnya mengabaikan bagian-bagian yang telah memperlakukan kegiatan indoktrinasi mereka.

Imam Al Ghazali berupaya membawa cara pemikirannya kepada audiens yang lebih luas, daripada hanya kepada Sufi yang kecil jumlahnya. Ini merupakan perbedaan antara keyakinan dan obsesi. Imam Al Ghazali menekankan peran pendidikan dalam penanaman keyakinan religius, dan mengajak pembacanya untuk mengamati keterlibatan suatu mekanisme. Imam Al Ghazali memberikan penjelasan, bahwa mereka yang terpelajar, mungkin saja dan bahkan sering, menjadi bodoh fanatik, dan terobsesi.

Kebiasaan mengacaukan opini dan pengetahuan, adalah kebiasaan yang sering dijumpai setiap hari pada saat ini, Imam Al Ghazali menganggapnya seperti wabah penyakit.
Dalam memandang semua ini, dengan ilustrasi berlimpah serta dalam sebuah atmosfir yang tidak kondusif bagi sikap-sikap ilmiah, Imam Al Ghazali tidak hanya memainkan peranan sebagai seorang ahli diagnosa. Namun Imam Al Ghazali juga telah memperoleh pengetahuannya sendiri dalam sikap Sufistik, dan menyadari bahwa pemahaman lebih tinggi — menjadi seorang Sufi — hanya mungkin bagi orang-orang yang dapat melihat dan menghindari fenomena yang digambarkan.

Imam Al Ghazali telah menghasilkan sejumlah buku dan menerbitkan banyak pemahaman pemikiran. Kontribusinya terhadap pemikiran manusia dan relevansi gagasan-gagasannya, ratusan tahun kemudian tidak diragukan lagi. Mari kita perbaiki sebagian pandangan orang-orang yang keliru tentang Imam Al Ghazali, beliau merupakan salah seorang tokoh besar dunia bidang tasawuf, filsafat dan psikologi.
Imam Al Ghazali tentang Tarekat
Seorang manusia bukanlah manusia, jika tendensinya meliputi kesenangan diri, ketamakan, amarah dan menyerang orang lain.
Seorang murid harus mengurangi sampai batas minimun, perhatiannya terhadap hal-hal biasa seperti masyarakat dan lingkungannya, karena kapasitas perhatian (sangatlah) terbatas.
Seorang murid haruslah menghargai guru seperti seorang dokter yang tahu cara mengobati pasien. Ia akan melayani gurunya. Kaum Sufi mengajar dengan cara yang tidak diharapkan. Seorang dokter berpengalaman akan menentukan sebuah perlakuan-perlakuan tertentu dengan benar. Pengamat luar mungkin saja sangat terpesona terhadap apa yang ia katakan dan lakukan; ia akan gagal melihat pentingnya atau relevansi prosedur yang diikuti.
Inilah mengapa, tidak mungkin bagi murid dapat mengajukan pertanyaan yang benar pada waktu yang tepat. Tetapi guru tahu apa dan kapan seseorang dapat mengerti.
Perbedaan antara Sosial dan Pemrakarsa Aktikitas
Imam Al Ghazali menekankan pada hubungan dan juga perbedaan antara kontak sosial atau kontak yang bersifat pengalihan dari orang-orang, dan kontak yang lebih tinggi.
Apa yang menghalangi kemajuan individu dan sebuah kelompok orang-orang. Dari permulaan yang patut dipuji adalah proses stabilisasi mereka sendiri terhadap pengulangan (repetisi) dan basis sosial apa yang tersembunyi.
Jika seorang anak, katanya, meminta kita untuk menjelaskan kesenangan yang ada saat memegang kedaulatan tertinggi, kita mungkin mengatakan hal itu seperti kesenangan yang ia rasakan saat olah raga; kendati, kenyataannya keduanya tidak sama, kecuali bahwa keduanya memiliki kategori kesenangan (yang sama).
Perumpamaan Manusia dengan Tujuan Lebih Tinggi
Imam Al Ghazali menghubungkan tradisi dari kehidupan Isa Ibnu Maryam; yesus Putra Maryam. 
Suatu ketika Isa melihat orang-orang duduk dengan sedih di dinding pinggir jalan. Ia bertanya, “Apa yang kalian susahkan?” Mereka menjawab, “Kami begini karena rasa takut kami terhadap Neraka.”
Isa pun berlalu, kemudian melihat sejumlah orang berkelompok berdiri sedih di sisi jalan. Ia bertanya, “Apa kesusahan kalian?” Mereka menjawab, “Rindu akan Surga yang membuat kami begini.”
Ia pun melanjutkan perjalanan, sampai pada sekelompok orang untuk yang ketiga kalinya. Mereka tampak seperti orang-orang yang memikul beban, tetapi wajah mereka bersinar bahagia.
Isa bertanya, “Apa yang membuat kalian begini?” dan mereka menjawab, “Jiwa Kebenaran. Kami sudah melihat Realitas, dan hal ini membuat kami terlupa akan tujuan-tujuan yang kurang baik.”
Isa mengatakan, “Mereka adalah orang-orang yang telah mencapai. Pada Hari Perhitungan, mereka inilah orang-orang yang akan berada dalam Kehadiran Allah.”
Tiga Fungsi Manusia Sempurna
Manusia Sempurna kaum Sufi mempunyai tiga bentuk hubungan dengan masyarakat. Hal ini berubah-ubah sesuai dengan kondisi masyarakat.
Tiga sikap yang dijalankan sesuai dengan:
  1. Bentuk keyakinan orang yang ada di sekitar Sufi;
  2. Kemampuan murid, yang diajar sesuai dengan kemampuan mereka untuk mengerti;
  3. Suatu lingkaran khusus masyarakat, yang akan berbagi pemahaman pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman batiniah, secara langsung.
Daya Tarik Selebritis
Seseorang yang terbebas dari bahaya singa buas bukanlah tujuan, apakah jasa ini dilakukan oleh individu yang tidak terkenal atau termasyur. Oleh karena itu mengapa mencari pengetahuan dari selebritis?
Sifat Dasar Pengetahuan Ilahiah
Pertanyaan tentang pengetahuan Ilahiah begitu dalam, hingga hanya dimengerti dengan benar-benar oleh mereka yang memilikinya.
Seorang anak tidak mempunyai pengetahuan yang sebenarnya tentang pencapaian orang dewasa. Orang dewasa awam tidak dapat memahami pencapaian orang terpelajar. Dalam cara yang sama, orang terpelajar belum (tentu) dapat memahami pengalaman pencerahan orang-orang suci atau kaum Sufi.
Cinta dan Ketertarikan Diri
Jika seseorang mencintai orang lain karena memberinya kesenangan, seharusnya ia sama sekali tidak menganggap bahwa ia mencintai orang tersebut. Cinta pada kenyatannya adalah; kendati hal ini tidak disadari, ditujukan pada kesenangan. Sumber kesenangan merupakan sasaran perhatian sekunder dan hal itu dirasakan hanya karena, persepsi mengenai kesenangan tidak cukup baik dikembangkan untuk mengenali dan menggambarkan perasaan yang sebenarnya.
Anda Harus Siap
Anda harus menyiapkan diri sendiri untuk transisi, dimana di sana tidak ada satu pun yang anda sendiri telah terbiasa, kata Imam Al Ghazali. Setelah meninggal dunia, identitas Anda akan merespon untuk merangsang sesuatu yang pernah ia rasakan sebelumnya. Jika Anda tetap terikat dengan sesuatu yang sudah Anda kenal; hal itu hanya akan membuat Anda menderita.
Kebodohan
Manusia menentang sesuatu, karena mereka tidak mengetahuinya.
Upacara Musik dan Gerak
Pertemuan-pertemuan serupa itu harus diadakan sesuai dengan persyaratan waktu dan tempat. Para penonton yang tidak layak akan dikeluarkan. Para partisipan harus duduk tenang dan tidak saling pandang. Mereka mencari apa yang mungkin muncul dari ‘hati’ mereka sendiri.
Perempuan Mandul
Seorang laki-laki pergi ke dokter dengan istrinya dan berkata bahwa istrinya tidak memberinya anak. Dokter memandang perempuan tersebut, memegang nadinya dan mengatakan:
“ Saya tidak dapat menangani kemandulan karena saya telah mengetahui bahwa Anda dalam satu hal akan mati dalam 40 hari ”.
Ketika mendengar ini, perempuan tersebut sangat khawatir hingga tidak dapat memakan apa pun selama menjelang 40 hari tersebut.
Tetapi ternyata ia tidak meninggal seperti pada waktu yang telah diprediksikan.
“ Ya, saya sudah tahu. Sekarang ia akan menjadi subur ”.
Sang suami menanyakan Bagaimana hal itu bisa terjadi.
Dijelaskan oleh sang dokter:
“ Isterimu terlalu gemuk, dan ini mempengaruhi kesuburannya. Saya tahu, satu-satunya hal yang dapat membuatnya jauh dari makanan adalah ketakutan terhadap kematian. Sekarang ia sudah sembuh ”.
Persoalan tentang pengetahuan merupakan salah satu hal yang berbahaya.
Tarian
Seorang murid meminta izin ikut bagian dalam ‘tarian’ kaum Sufi. Dijawab oleh Syeikh, “ Puasalah selama tiga hari, kemudian masak hidangan yang lezat. Jika kemudian engkau lebih suka ‘menari’, kau boleh bergabung ”.
Kualitas Harus Mempunyai Sarana
Kecepatan akan menjadi berguna jika didapatkan dalam seekor kuda, karena kecepatan sendiri tidak memiliki kemanfaatan.
Diri yang Idiot
Jika Anda tidak dapat menemukan contoh dedikasi yang tepat pada diri seseorang, pelajarilah kehidupan kaum Sufi. Seseorang juga harus berkata pada diri sendiri, “Wahai jiwaku!, kau kira dirimu pintar dan marah jika disebut idiot. Tetapi siapa sebenarnya dirimu pada kenyataannya?, engkau buat baju untuk musim dingin, tetapi tidak menyediakan untuk kehidupan lain. Engkau seperti orang di tengah-tengah salju yang mengatakan, " Seharusnya aku tidak mengenakan baju hangat, sebaliknya percaya pada Kemurahan Allah untuk melindungiku dari kedinginan ". Ia tidak menyadari bahwa di samping penciptaan dingin, Allah telah meletakkan di hadapan manusia alat untuk melindungi diri sendiri.
Manusia Diciptakan untuk Belajar
Unta lebih kuat daripada manusia; gajah lebih besar; singa lebih berani; sapi dapat makan lebih banyak daripada manusia; burung lebih jantan. Tujuan manusia diciptakan adalah untuk belajar.
Nilai Pengetahuan
“Tentu saja terdapat nilai pada pengetahuan. Diberikan hanya kepada mereka yang dapat menjaga dan tidak menghilangkannya.” –( Book of Knowledge )
Komentar Junubi:
“Pengetahuan ini tentu saja pengetahuan Sufi. Sama sekali tidak merujuk buku pengetahuan, sesuatu yang dapat ditulis atau dilestarikan dalam bentuk faktual; karena materi tersebut tidak dapat dihilangkan dengan menjelaskanya kepada seseorang yang mungkin saja gagal memanfaatkannya. Merupakan pengetahuan yang diberikan pada waktu dan cara yang teruji, serta menyajikan buku pengetahuan. ‘Memberi pengetahuan yang akan hilang’, merujuk pada ‘kondisi’ tertentu tentang penghargaan terhadap kebenaran yang timbul pada diri individu, sebelum orang tersebut dalam kondisi mempertahankan keadaan tersebut, oleh sebab itu ia kehilangan manfaatnya dan musnah.”
Komentar Ahmad Minai:
“Karena sulitnya memahami fakta ini, dan berkait dengan kemalasan yang dapat dimengerti, kaum cendekiawan memutuskan untuk ‘menghapus’ beberapa ajaran yang tidak dapat dimasukkan dalam buku. Tetapi bukan berarti tidak ada. Hanya saja membuatnya lebih sulit untuk ditemukan dan diajarkan, karena orang-orang tersebut di atas (intelektual) telah melatih masyarakat untuk tidak mencarinya.”
Kemilikan
Anda hanya memiliki apa yang tidak akan hilang dalam sebuah kapal yang pecah.
Untung dan Rugi
Saya ingin tahu, apa yang diperoleh seseorang yang sama sekali tidak memiliki pengetahuan, dan apa yang tidak diperoleh orang terpelajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar